Di workshop turbin suatu hari, kami menemukan kesalahan saat assembling tiga bagian utama produk tempat saya pada awal karir di Siemens yaitu Outer Ring, Blade, dan Inner Ring yang sudah dilakukan 8 jam bekerja.
Deviasi hanya beberapa derajat, tapi cukup untuk melewati toleransi dimensi.
Untungnya, kami menemukannya saat self-checking, sebelum masuk inspeksi resmi.
Waktu itu kondisi sedang padat, pekerjaan lain sudah menunggu.
Saya sendiri masih pemula, belum dipercaya untuk mengerjakan rework penuh.
Kesalahan pun terjadi bukan karena satu orang, melainkan hasil pembacaan tim yang kurang tepat.
Namun di dunia engineering, sekecil apa pun deviasi bisa berarti masalah besar.
Di situlah leader kami turun tangan.
Tidak menunggu persetujuan lembur. Tidak mencari siapa yang salah.
Beliau langsung mengarahkan, membimbing, bahkan ikut mengerjakan detail teknis.
Bukan untuk menunjukkan siapa yang benar atau salah, tapi untuk memastikan pekerjaan bisa selesai bersama.
Untungnya, kami menemukannya saat self-checking, sebelum masuk inspeksi resmi.
Waktu itu kondisi sedang padat, pekerjaan lain sudah menunggu.
Saya sendiri masih pemula, belum dipercaya untuk mengerjakan rework penuh.
Kesalahan pun terjadi bukan karena satu orang, melainkan hasil pembacaan tim yang kurang tepat.
Namun di dunia engineering, sekecil apa pun deviasi bisa berarti masalah besar.
Di situlah leader kami turun tangan.
Tidak menunggu persetujuan lembur. Tidak mencari siapa yang salah.
Beliau langsung mengarahkan, membimbing, bahkan ikut mengerjakan detail teknis.
Bukan untuk menunjukkan siapa yang benar atau salah, tapi untuk memastikan pekerjaan bisa selesai bersama.
Dari bengkel turbin, saya belajar bahwa kepemimpinan bukan hanya soal target dan hasil, tapi juga soal keberanian hadir di saat tim melakukan kesalahan. Bagi rekan-rekan HR, kisah ini mungkin relevan: budaya organisasi yang sehat tidak hanya dibangun dengan aturan, tapi juga dengan teladan nyata. Karena pada akhirnya, yang membentuk loyalitas dan keterikatan karyawan bukan sekadar angka, melainkan pengalaman ketika mereka melihat pemimpinnya ikut berjuang bersama.
Kadang, pemimpin harus siap bekerja bersama tim, bahkan ikut merasakan tantangan teknisnya.
Kepemimpinan adalah soal dedikasi dan kebersamaan.
Rework akhirnya selesai. Yang lebih berharga bagi saya adalah pelajaran:
✨ Pengalaman ini selalu mengingatkan saya, bahwa kepemimpinan bukan tentang posisi, tapi tentang siapa yang tetap berdiri ketika tim membutuhkan dukungan.
Bagi rekan-rekan HR: loyalitas tidak tumbuh dari aturan, tetapi dari momen ketika pemimpin hadir bersama timnya. Itulah fondasi sebenarnya dari keterikatan karyawan.
Apakah Anda juga pernah merasakan pengalaman serupa dengan pemimpin yang memilih turun tangan langsung?
📘 Note & Disclaimer
This is part of “Bladering Journey”, a beginner-friendly series inspired by real-life experience in manufacturing (Siemens, 2001–2008).
Examples are for illustration purposes only.
Leadership TrueLeadership LeadByExample LeadershipLessons WorkplaceCulture Teamwork
Kadang, pemimpin harus siap bekerja bersama tim, bahkan ikut merasakan tantangan teknisnya.
Kepemimpinan adalah soal dedikasi dan kebersamaan.
Rework akhirnya selesai. Yang lebih berharga bagi saya adalah pelajaran:
✨ Pengalaman ini selalu mengingatkan saya, bahwa kepemimpinan bukan tentang posisi, tapi tentang siapa yang tetap berdiri ketika tim membutuhkan dukungan.
Bagi rekan-rekan HR: loyalitas tidak tumbuh dari aturan, tetapi dari momen ketika pemimpin hadir bersama timnya. Itulah fondasi sebenarnya dari keterikatan karyawan.
Apakah Anda juga pernah merasakan pengalaman serupa dengan pemimpin yang memilih turun tangan langsung?
📘 Note & Disclaimer
This is part of “Bladering Journey”, a beginner-friendly series inspired by real-life experience in manufacturing (Siemens, 2001–2008).
Examples are for illustration purposes only.
Leadership TrueLeadership LeadByExample LeadershipLessons WorkplaceCulture Teamwork
No comments:
Post a Comment