Ilmu HRD

Blog berbagi ilmu untuk praktisi HR

Breaking

Cari di Blog Ini

Solusi Ada di Tangan Kita—Saya Mengalaminya Sendiri

Pernah nggak ketemu orang asing yang bahasanya sama sekali nggak nyambung sama kita?

Saya pernah.


Suatu siang, lagi di toko buku, datanglah seorang ekspat. Penampilannya khas orang proyek lapangan: sepatu safety berdebu, helm kuning di tangan, rompi warna stabilo yang kusam. Dari awal saya mengira dia ini worker — mungkin teknisi atau helper — soalnya kotor sekali, jelas habis dari site. Apalagi datangnya naik motor, di jok belakang ada printer yang diikat seadanya.


Dia parkir, masuk, dan langsung bicara panjang lebar… nadanya seperti sedang komplain kepada penjaga toko. Tangannya menunjuk ke arah printer di atas motor. Penjaga toko yang awalnya di dekat saya, melirik panik sambil memberi kode halus gerakan mata dan muka agak pucat, yang jelas berarti:
“Tolong saya !”


Refleks, saya menganalisa obyek yang dia tunjuk dari pada mencoba memahami ucapannya, saya lebih penasaran dan memastikan, sambil saya bandingkan antara printer di luar sana degan printer yang berderet diatas rak toko: “Jangan-jangan printer itu merek yang dijual di toko ini?” Kalau memang benar dari toko ini, kan tinggal minta bukti pembelian atau surat garansinya. Selesai!


Ternyata bukan. Merek itu bahkan nggak pernah dijual di sini. Akhirnya, saya coba jawab pakai bahasa Inggris seadanya plus bahasa tubuh ala-ala, berharap dia paham. Dia cuma nyengir. Saya kasih kode, “Gugel Translate!” sambil nunjuk HP.

Dia ngetik, tapi tulisannya huruf yang sama sekali nggak saya pahami, mirip kanji. Lah, malah makin bingung. Tapi dari gesturenya, ketebak dia bukan ingin menukar printer. Terbukti hasil translate "Printer saya rusak". Ya sudah, buka aplikasi Maps di HP dia, saya tunjukkan satu lokasi. Saya bantu buka pintu untuknya, dia mengangguk berkali-kali, senyum, kasih isyarat terima kasih, lalu pergi. Dari arah toko seberang jalan yang menjual printer juga ... penjaga toko itu dan temannya tampak bertepuk tangan dan acungkan jempol kearah kami.  

Dulu, sebelum ada teknologi, mungkin cerita ini ujungnya teriak: “Siapa yang ngerti bahasa orang ini?!” atau malah kita menghindar — pura-pura nggak lihat. Tapi sekarang, modal translate dan maps saja, masalah selesai.



Di dunia kerja, apalagi HR, situasinya mirip. Kadang masalah bukan di “bahasa” yang dipakai, tapi di “jembatan” yang kita punya untuk menghubungkan pihak-pihak yang berbeda latar belakang, kebiasaan, bahkan pola pikir. Kalau kita mau cari cara, komunikasi bisa jalan, masalah bisa selesai — bahkan kalau awalnya sama sekali nggak nyambung.


Ohya satu lagi kita sering keburu panik jika bertemu ekspat, bule, tinggi besar. Ekspat tadi bukan bule. Silakan untuk disebarkan agar menjadi SOP di toko atau keramaian ... jangan ikut panik bertemu ekspat panik, aplikasi translate, dan aplikasi map kuncinya.


#ProblemSolving #CommunicationSkills #WorkplaceLessons #TechnologyInWorkplace #HRInsights #CrossCultureCommunication #WorkplaceStory #Leadership #SoftSkills #WorkplaceExperience #KisahNyata #RealStory #TokoBukuKesayangan #SolusiDekatAnda #TrueStory

No comments:

Post a Comment

Entri yang Diunggulkan

Omnibus Law Ketenagakerjaan dan Urgensinya

Bogor, 31-01-2020. Sudah lebih sekitar tiga bulan terakhir ini, kita sering kali mendengar istilah "Omnibus Law" bahkan hingga sa...