Buku Jari dan Standar yang Tak Sama
Beberapa waktu lalu, saya mencoba membantu istri memasak nasi. Setelah mencuci beras tiga kali, tibalah langkah penting: menambahkan air setinggi satu buku jari dari permukaan beras. Saya ukur dengan jari saya sendiri. Masak… dan saat rice cooker dibuka — jadinya bukan nasi, tapi bubur. 🤦♂️ Rupanya, jari saya lebih panjang dari jari istri saya. Standar saya berbeda dari standarnya.
🎯 Siapa sangka, pelajaran kecil di dapur ini menyimpan makna besar tentang dunia kerja.
Dalam organisasi, situasi seperti ini sering terjadi:
- Kebijakan dibuat berdasarkan asumsi “buku jari” sendiri,
- Dinilai kinerja dengan standar pribadi, tanpa melihat konteks tim,
- Tidak dipahami karena ekspektasi tidak disamakan sejak awal.
🔁 Padahal, satu ukuran tidak bisa berlaku untuk semua.
✅ Sebelum menetapkan standar, pahami dulu konteks dan sudut pandang rekan kerja.
✅ Dalam komunikasi, pastikan definisi dan harapan dimaknai bersama.
✅ Bangun sistem dan penilaian berbasis dialog, bukan asumsi sepihak.
📌 Karena kalau tidak...
Bukan cuma nasi yang jadi benyek — tapi juga semangat kerja, hubungan tim, bahkan produktivitas perusahaan.
💬 Apa pengalaman Anda tentang “standar yang tak sama”?
Bagikan, siapa tahu bisa jadi cermin bersama.
Leadership HRInsights Teamwork EmployeeEngagement
WorkplaceCulture CommunicationMatters EmpathyAtWork PeopleManagement
https://www.linkedin.com/feed/update/urn:li:activity:7355877345456500736/
Mantappp
ReplyDelete